Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam Apresiasi, Ekspor Kapal Naik Hingga 500% Yo Y

Ketua Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam (AGKIMB), Osman Hasyim. (Foto: Yun)
INSPIRASIKEPRI.COM | BATAM - Per April 2022, pertumbuhan industri maritim Batam mengalami kenaikan nilai ekspor kapal hampir 500% Yo Y.

Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam (AGKIMB) akan terus mendorong kebijakan pemerintah agar industri maritim mampu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Batam khususnya dan Kepri pada umumnya.

Ketua Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam (AGKIMB), Osman Hasyim mengatakan, pertumbuhan tersebut terjadi karena keberanian Kepala BP Batam mengambil keputusan merubah Peraturan Kepala (Perka) Kepelabuhanan yang lebih bersahabat dan meransang pada pertumbuhan industri maritim. 

"Data yang direlease BPS periode April 2022 sangat menggembirakan. Tercatat nilai ekspor kapal YoY April 2022 sebesar 498,46% dan industri yang menggunakan besi dan baja meningkat sebesar 239,52%," ujar Osman, Senin (29/8/2022).

Artinya, sejak kita mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan dan melakukan perubahan dan atas keberanian Kepala BP Batam merubah Perka. Begitu dirubah industri kita melejit.

Perubahan tersebut merupakan perjuangan panjang Aliansi Gerakan Industri Maritim Batam sejak tahun 2016 dimana Perka Kepelabuhanan yang diterbitkan dinilai sebagai produk yang kontra produktif sehingga beberapa asosiasi terus menggalang kekuatan untuk memperjuangkan agar Perka tersebut di cabut karena akan membunuh industri pelayaran dan maritim Batam. 

Dijelaskan Osman, pada akhir tahun 2021 Kepala BP Batam mencabut Peraturan Perka No. 11 tahun 2016 dan mengganti dengan Perka No. 34 tahun 2021. 

"Keberanian Kepala BP Batam H. Muhammad Rudi mencabut Perka kepelabuhanan yang telah membunuh industri maritim Batam yang berakibat terjadinya PHK besar-besaran di sektor industri maritim sangat di apresiasi Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam (AGKIMB)," tegas Osman.

Lanjut Osman, data ini perlu kita sampaikan kepada publik bahwa apa yang kita perjuangkan itu benar, karena kami yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam yang benar-benar ada di dalamnya jadi tau betul. Ini 500% memang luar biasa dan kita harapkan trend ini jangan sampai turun lagi dan akan kita dorong terus.

Dengan diberlakukan Perka yang baru menjadi trigger memacu pertumbuhan industri terbukti meningkatkan daya saing meransang kapal-kapal dan proyek pabrikasi penunjang minyak dan gas melakukan berbagai kegiatan di Batam. Seperti kegiatan perbaikan kapal, pembangunan kapal, layup kapal, pabrikasi proyek offshore penunjang minyak dan gas dan lain-lain. 

Alinasi berharap agar pemerintah harus dapat mempertahankan dan terus mendorong pertumbuhan industri maritim. Letak Batam yang sangat strategis harus benar-benar dapat dimanfaatkan dan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia dapat terwujud dengan Batam sebagai titik sentralnya.

"Aliansi optimis jika seluruh stakeholder memiliki visi misi yang sama sejalan dengan keinginan pemerintah pusat dengan menghilangkan hambatan bagi kemajuan industri maritim kesejahteraan bagi masyarakat Batam dapat terwujud," tegas Osman.

Selain itu, Batam harus dapat memberi 5 poin pada investor, untuk mendorong pemilik proyek asing, owner/prinsipal kapal antara lain adanya rasa nyaman, adanya rasa aman, kepastian hukum, tarif bersaing dan pelayanan prima.

Dengan tersedianya 5 poin Aliansi yakin akan mampu menjadikan Batam primadona bagi kapal-kapal dan proyek penunjang minyak dan Gas asing khususnya untuk melakukan berbagai kegiatan di Batam," ungkapnya.

Osman menambahkan, Aliansi menghitung dengan kembalinya Batam menjadi primadona di masa jayanya mampu menyediakan lapangan kerja bagi 300 ribu orang tenaga kerja berbagai bidang. 

Tidak hanya itu perkiraan 36 triliun rupiah pertahun pendapatan rata-rata 10juta per org/bln rata-rata level posisi akan meningkatkan perekonomian dan daya beli. 

Potensi pendapatan kotor bagi perusahaan sektor maritim 6 triliun rupiah bagi perbaikan kapal, pembangunan kapal baru dan pabrikasi penunjang minyak dan gas onshore/offsore.

Pada tahun 2015 jumlah kunjungan kapal tercatat 54.000 call. Banyaknya jumlah kunjungan kapal akan menciptakan multiplier effect ekonomi dengan asumsi 16,2 triliun per tahun yang jika diakumulasikan per call kapal dengan pengeluaran 300 juta rupiah per call dengan detail pos pengeluaran biaya pemanduan, penundaan, labuh tambat, handling cargo, transportasi, jasa keagenan, custom brokerage, provision, bahan bakar kapal dan penerangan serta Jasa lainnya.

Menjadikan Batam sebagai pusat logistik dan transhipment sebagaimana cita-cita UU Kawasan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam (Free Trade Zone) menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku jabatan dan stakeholder menentukan langkah berikutnya.

Suatu saat nanti menjadi sebuah keniscayaan industri maritim mampu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Batam khususnya dan Kepri pada umumnya, karena kekuatan Batam terletak di Industri Maritim. (Yun)

Tags : ,

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.