Asisten Rumah Tangga Asal NTT, Disiksa Parah Oleh Majikan di Batam



INSPIRASIKEPRI.COM | BATAM - Kisah pilu dialami oleh Intan seorang wanita muda asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Niat hati merantau ke Batam ingin merubah nasib, tetapi ia justru mengalami penyiksaan yang sangat tragis.

Berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di salah satu rumah kawasan elit Sukajadi, Kota Batam, wanita muda bernama Intan itu justru mengalami penyiksaan brutal yang diduga dilakukan oleh Roslina tak lain merupakan sang majikan.

"Intan mengalami kekerasan sejak awal masa kerjanya. Namun, dua hari terakhir sebelum diselamatkan, menjadi mimpi buruk paling kelam. Ia dianiaya secara brutal hanya karena dianggap tidak menyapu dan mengepel dengan rapi," ujar kakak kandung Intan bernama Angraini, Senin (23/6/2025).

Menurut Angraini, Intan mengalami penyiksaan yang begitu keji. Ia dipukul menggunakan sapu dan obeng, di tendang di kepala, wajah hingga bagian tubuh yang sangat sensitif.

"Tak hanya itu, Intan juga dihina dengan kata-kata yang cukup kasar," ungkapnya.

Angraini menuturkan, terungkapnya penyiksaan yang diduga dilakukan majikan Intan itu setelah Intan diam-diam meminjam ponsel tetangga majikan untuk menghubungi keluarganya.

Mengetahui kabar buruk sang adik, keluarga langsung mendatangi rumah Roslina, namun kala itu pintu terkunci rapat dan mereka mencoba memaksa masuk ke dalam rumah majikan Intan. 

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, alangkah terkejutnya keluarga Intan menemukan Intan dalam kondisi mengenaskan dan penuh luka serta trauma mendalam.

Tanpa pikir panjang, Intan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Elizabeth. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan, bahwa Intan mengalami luka memar serius serta kemungkinan cedera internal. Tak hanya luka fisik, kondisi psikologis Intan pun sangat terguncang.

“Kami tidak akan tinggal diam. Ini bukan sekadar kekerasan, ini penyiksaan,” tegas Angraini. Suaminya telah melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Barelang, dan keluarga menuntut agar pelaku ditangkap dan dihukum seberat-beratnya,” tuturnya.

Mewaikil keluarga Intan, Ketua Jaringan Safe Migran Batam, Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus akrab di sapa Romo Paschal menambahkan, bahwa Intas sudah bekerja di rumah majikan nya kurang lebih satu tahun. Selama bekerja, korban kerap mendapat kekerasan verbal dari majikan nya.

"Jadi selama dia bekerja kerap disalahkan, ngepel salah, nyapu salah, kalau ada air jatuh sikit salah. Lalu dia juga dibilang pencuri kalau ngambil makan, dipanggil dengan sebutan nama binatang dan dipanggil sebagai sebutan pelacur. Tidak pernah dipanggil nama dia ini. Jadi yang dia kerjakan itu serba salah," jelasnya. 

Kekerasan fisik sendiri mulai dialaminya selama dua bulan belakangan, setiap malam korban mendapatkan kekerasan fisik. Tidak hanya itu, saudari korban juga dipaksa untuk turut menyiksa korban. 

Penyiksaan ini tidak hanya dilakukan menggunakan tangan kosong, namun juga menggunakan alat seperti sapu, hingga obeng. Korban bahkan disiksa dan dipaksa untuk memakan kotoran peliharaan majikannya.

"Korban diinjak, dipukul pakai sapu, lalu kemudian diseret ke kamar mandi, disuruh makan tai anjing, disuruh minum air septitank. Dan itu korban makan," ujarnya.

Saat ini penyiksaan yang dialami korban telah dilaporkan secara resmi ke unit Satreskrim Polresta Barelang. Hari ini korban sendiri tengah menjalani pemeriksaan di Unit PPA Satreskrim Polresta Barelang, dengan didampingi kuasa hukum dan keluarga korban. (ISP)

Tags :

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.